Tuesday 4 December 2018

Ramos dan Ronaldo dalam Kasus Doping




Der Spiegelkembali melaunching berita yang mengagetkan khalayak. Awal mulanya, media massa terbitan Jerman ini sempat menguak masalah pelecehan seksual yang menyertakan Cristiano Ronaldo dan pendapat konspirasi pada UEFA serta Manchester City untuk hindari sangsi berat berkaitan pelanggaran Financial Fair Play (FFP).

Kesempatan ini, dalam membuka keterkaitan beberapa pemain Real Madrid yang disangka menggunakan doping. Dalam laporan itu, sekurang-kurangnya ada tiga peristiwa yang melatarbelakangi dakwaan itu.

Pertama—dan mendapatkan bagian sangat banyak dalam laporan itu—adalah tentang Sergio Ramos yang dapat dibuktikan positif memakai doping mendekati final Liga Champions UEFA menantang Juventus pada April 2017 lantas di Millenium Fase, Cardiff. Der Spiegelmengatakan bila sampel urine Sergio Ramos dengan kode 3324822 yang diantar malam sebelum partai final positif memiliki kandungan dexamethasone.

Dokter Real Madrid disangka menyuntikkan obat dexamethasonekepada badan Sergio Ramos, obat penahan perasaan sakit yang memang dilarang dipakai dalam satu laga berolahraga oleh World Anti-Doping Agency (WADA)sebab memberikan dampak inflamasi atau radang serta bisa tingkatkan konsentrasi serta euforia terlalu berlebih.

Seseorang dokter dengan inisial Dokter A jadi orang yang bertanggungjawab sebab penyuntikkan dexamethasonetersebut dengan arah menahan sakit karena cedera pundak serta lutut yang terkena Ramos semenjak awal tahun. Dexamethasonitu dikasihkan supaya sang pemain dapat tampil fit di pertandingan terpenting tak perlu menyalahkan perasaan sakit.

Pada laga itu Sergio Ramos dapat tampil bagus serta membawa Real Madrid mencapai Undecimasetelah menaklukkan Juventus dengan score memberikan keyakinan. 4-1.

Sebenarnya, saat bisa dipertanggungjawabkan waktu tes doping serta dipakai dalam kandungan dosis spesifik serta melalui cara spesifik, pemakaian dexamethasontidak seutuhnya dilarang. Akan tetapi permasalahannya, team dokter Los Merenguesjuga menyuntikkan Celestone Chrono Doseatau yang lebih diketahui dengan betamethasone, obat lainnya yang dilarang pemakaiannya oleh WADA.

UEFA menjadi otoritas paling tinggi sepakbola Eropa ikut membuat kekeliruan administrasi dengan meremehkan demikian saja bukti itu dan tidak ambil aksi disiplin berkaitan itu. UEFA seakan sembunyikan masalah ini dari perhatian publik.

"Tidak ada aksi disiplin yang diambil, baik untuk pemain, serta dokter team Real Madrid, lepas semua anomali yang ada," catat Der Spiegel dalam laporannya.

Tanda-tanda keterkaitan Ramos dalam penggunaan doping ditulis ikut dengan jelas dalam peristiwa ke-2 pada laporan itu. Bekas pemain Sevilla ini sempat menampik serta meremehkan keinginan petugas tes anti-doping untuk lakukan tes urine serta lebih pilih untuk ber-showerdengan fakta takut tertinggal bus setelah laga tandang di Malaga pada 1 Februari 2017 kemarin.

Akan tetapi kembali lagi, tidak ada aksi serius dari otoritas berkuasa dalam menanggapi peristiwa itu.

Jika tuduhan ini dapat dibuktikan kebenarannya, berdasar pada undang-undang doping yang diputuskan oleh parlemen Spanyol satu kesebelasan bisa dikenai denda sebesar 300.000 euro, dikurangi point atau bahkan juga degradasi, dan dokter team yang ikut serta bisa dikenai skorsing sampai empat tahun, sesaat seseorang pemain dilarang merumput saat empat tahun. Penangguhan bisa dikurangi jadi dua tahun bila pemain bisa dengan memberikan keyakinan jika pelanggaran "tidak direncanakan."

Sergio Ramos sendiri telah memberi pembelaan pada tuduhan Der Spiegelini setelah laga kontra Eibar akhir minggu kemarin. Dianya terasa telah lakukan serangkaian tes sesuai dengan mekanisme.

"Dua masalah spesifik yang dijelaskan diterangkan seperti berikut. Malaga, April 2018, saat laga selesai, saya disuruh untuk mengakhiri tes-anti doping. Mengingat desakan waktu perjalanan kembali, ofisial mengizinkanku untuk mandi sebelum mengakhiri tes yang saya lalui, seperti dalam semua masalah."

"Cardiff, Juni 2017. Saya terima perawatan medis standard yang diurus oleh profesional medis club. Permasalahan itu telah diklarifikasi serta dituntaskan dengan resmi serta tercatat diantara organisasi," imbuhnya.

Real Madrid sendiri memberi tiga point pembelaan pada kapten mereka.

Sergio Ramos tidak sempat melanggar ketentuan berkaitan kontrol doping
UEFA minta info dengan pas serta langsung tutup masalah ini. Seperti yang biasa berlangsung pada beberapa kasus semacam ini sesudah dikerjakan verifikasi beberapa pakar yang mencakup WADA, AMA, serta UEFA.
Tentang bekas content dari publikasi itu, club tidak ingin bicara banyak sebab bukti yang tidak substansial.
Peristiwa ke-3 dalam laporan itu ikut serta menyentuh bekas pemain Real Madrid seperti Cristiano Ronaldo.

Pada Februari 2017, atau empat bulan sebelum final Liga Champions menantang Juventus, sepuluh pemain Real Madrid dicheck dua petugas pengawas doping UEFA dalam tempat latihan. Akan tetapi keadaan kontrol waktu itu tidak aman sebab pihak Real Madrid menyusahkan beberapa petugas.

UEFA menyapa Real Madrid melalui surat yang di kirim dua minggu sesudah peristiwa. Surat itu diperuntukkan pada kepala dokter team Madrid, Jose Angel Sanchez, serta pada Cristiano Ronaldo.

Pada laporan itu dijelaskan jika tidak hanya Ronaldo yang tidak suka sebab tetap diambil dalam tes doping, Ronaldo sempat juga tunjukkan ketidakpuasan saat petugas doping memberi suntikan ke-2 pada kapten Tim nasional Portugal itu. Keadaan jadi makin tidak aman sesudah petugas ambil sampel darah dari Ronaldo serta Toni Kroos, anggota team dokter Real Madrid tidak diduga menolong petugas dengan ambil sampel darah pada delapan pemain yang lain. 

Dalam balasan surat yang diantar Real Madrid pada UEFA, Angel Sanchez berkilah dengan menjelaskan jika dua petugas yang di kirim UEFA saat itu “kurang profesional, kurang pakar serta kurang kemampuan” hingga terjadinya keadaan tidak aman. Ia ikut menjelaskan jika Ronaldo “komplain dengan wajar”. Sanchez menyoroti bagaimana petugas doping UEFA itu yang perlu 2x menyuntik sebab kegagalan suntikan pertama. Karena itu pihak Real Madrid juga menyebutkan jika yang berlangsung saat itu “baru buat kami serta beberapa pemain serta mungkin mereka [para petugas] tidak miliki banyak pengalaman dalam mengatasi beberapa pemain top.”

UEFA tidak perpanjang permasalahan itu. Berikut yang diduga oleh team investigasi Football Leaks. Ditambah lagi waktu diminta info masalah masalah itu oleh Der Spiegel, baik UEFA, Real Madrid ataupun Ronaldo pilih bungkam.


0 comments:

Post a Comment